Keanekaragaman hayati Indonesia adalah sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan bangsa. Hal ini bukan karena posisinya sebagai salah satu negara terkaya di dunia dalam keanekaragaman hayati, tetapi karena keterkaitannya yang erat dengan kekayaan keanekaragaman budaya lokal dan pengetahuan tradisional yang dimiliki bangsa ini. Sayangnya banyak kekayaan pengetahuan tradisional itu telah hilang, sejalan dengan terkikisnya budaya tradisional kita. Keterkaitan antara keanekaragaman hayati dengan sistem-sistem lokal yang hidup di masyarakat, bisa dilihat dalam kehidupan seharihari masyarakat tradisional dalam memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang, papan, obatobatan dan spiritual. Mereka umumnya memiliki sistem pengetahuan dan pengelolaan sumberdaya lokal yang diwariskan dan ditumbuhkembangkan terus menerus secara turun temurun.
Suku Dayak di Kalimantan Timur sampai saat ini masih tetap mempertahankan tradisi dengan memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya untuk pengobatan ataupun perawatan kesehatan. Kalimantan Timur seperti Suku Dayak Tunjung merupakan masyarakat yang agak terbelakang dalam proses perkembangan di bidang kesehatan. Kondisi seperti ini disebabkan adanya keterbatasan komunikasi dengan masyarakat yang lebih maju serta sulitnya pelayanan pemerintah sebagai akibat dari segi transportasi yang terbatas. Pengobatan tradisional merupakan upaya penyembuhan terhadap penyakit yang dilakukan berdasarkan kepercayaan turun-temurun, baik dengan menggunakan bahan alami yang tersedia dan diyakini mempunyai khasiat dapat menyembuhkan maupun melalui perantara seseorang (dukun) yang diakui mempunyai kekuatan tertentu di dalam dirinya untuk menghilangkan penyakit walaupun pengobatan modern telah dikenal yaitu adanya puskesmas pembantu di kedua desa tersebut, namun hingga sekarang pengobatan tradisional masih tetap dipertahankan.
Jenis-jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat
Dari hasil penelitian yang dilakukan tercatat 47 jenis tumbuhan yang terdiri dari 27 suku dan 46 marga. Jenis-jenis tumbuhan tersebut didominasi oleh berturut-turut dimulai dari suku Euphorbiaceae (8 jenis), Rubiaceae (5 jenis), Verbenaceae (4jenis), Fabaceae (3 jenis), dan suku-suku lain masing-masing 2 jenis dan 1 jenis.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai cara penggunaan, kegunaan dan juga kandungan kimianya dari beberapa jenis tumbuhan obat tersebut adalah sebagai berikut:
1. 1. Ageratum conyzoides (nama dari bahasa Dayak: rumput bulu) oleh masyarakat Dayak Tunjung, seduhan akarnya dan daunnya yang diremas-remas kemudian dibalurkan di sekitar pusar dapat sebagai obat sakit perut.
2. 2. Aleurites mollucana (nama Indonesia: kemiri), oleh masyarakat Dayak digunakan sebagai penyubur rambut dengan membakar buahnya kemudian dioleskan ke rambut.
3. 3. Areca catechu (nama Indonesia: pinang), oleh masyarakat Dayak Tunjung air buahnya digunakan untuk mengobati hidung berdarah atau mimisan. Sedangkan bijinya dimanfaatkan untuk mengobati cacingan, taeniasis, fasciolopsiasis, perut kembung akibat gangguan pencernaan, bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, edema, malaria, memperkecil pupil mata (miosis) pada glaucoma. Sedangkan daunnya dimanfaatkan untuk mengobati kurang nafsu makan dan sakit pinggang (lumbago). Dan bagian sabutnya juga dimanfaatkan untuk mengobati gangguan pencernaan (dyspepsia), sembelit, edema dan beriberi.
4. 4. Blumea balsamifera (nama Indonesia: sembung), seduhan akarnya dimanfaatkan sebagai obat demam dan batuk, daun mudanya sebagai obat pilek dengan cara dimasukkan ke dalam lubang hidung.
5. 5. Imperata cylindrica (nama dari bahasa Dayak: halalang) akarnya digunakan untuk mengobati pendarahan dan sakit gigi.
6. 6. Jasminum pubescens (nama dari bahasa Dayak: bopot), daun dan akarnya dimanfaatkan sebagai obat muntaber.
7. 7. Lantana camara (nama dari bahasa Dayak: singkir) digunakan sebagai obat pilek dengan cara daun mudanya diremas-remas kemudian dimasukkan ke lubang hidung.
8. 8. Leucaena leucocephala (nama Indonesia: petai cina), oleh masyarakat Dayak Tunjung bijinya dimanfaatkan untuk mengobati cacingan.
9. 9. Phyllanthus niruri (nama dari bahasa Dayak: rumput pacar), digunakan sebagai obat kudis dan luka dengan cara akarnya direbus dan airnya diminum sedangkan daunnya dibuat pupur yang dioleskan ke bagian kulit yang sakit.
1 10. Physalis minima (nama dari bahasa Dayak: sengkepok) termasuk famili Solanaceae dan merupakan tanaman yang banyak tumbuh liar di kebun atau tanah kosong yang kondisinya sedikit basah. Masyarakat Dayak Tunjung di Kalimantan menggunakan akarnya untuk mengobati penyakit cacar. Seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk mengobati kanker. Buah Physalis minima berkhasiat sebagai obat gusi berdarah, obal bisul, dan juga obat mulas, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai obat bisul.
11 11. Pluchea indica (nama dari bahasa Dayak: luntas), daunnya direbus dan airnya diminum dimanfaatkan sebagai obat keputihan oleh masyarakat Dayak Tunjung di Kalimantan.
1 12. Tamarindus indica (nama Indonesia: asam jawa) oleh masyarakat Dayak Tunjung buahnya dicampur dengan rimpang kunyit, bawang putih dan batang tebu direbus, kemudian air rebusannya diminum berguna untuk membersihkan darah kotor setelah mengalami proses melahirkan.
1 13. Urena lobata (nama dari bahasa Dayak: celopai), daun mudanya dibuat pupur, sedangkan akarnya direndam dalam air panas dan diminum digunakan sebagai obat sakit kepala. Akarnya juga digunakan untuk mengobati panas influenza, malaria, rheumatic persendian, keputihan, radang tonsil, kencing keruh, diare, disentri, bengkak, muntah darah, gangguan pencernaan, gondok, luka berdarah, tulang patah, bisul, payudara bengkak, dan luka karena gigitan ular.
14 14. Vitex pinnata (nama dari bahasa Dayak: leban), daunnya digunakan sebagai obat disentri. Kayunya secara komersial tidak begitu penting karena biasanya tidak tersedia dalam jumlah banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar